Pemantauan Folikel dan Hormon dilakukan secara rutin dengan USG transvaginal dan tes darah untuk memantau ukuran folikel serta kadar hormon estrogen selama stimulasi ovarium. Tujuannya agar dokter dapat menilai perkembangan folikel dan menentukan waktu yang tepat untuk memicu ovulasi.
Trigger Ovulasi adalah pemberian obat (biasanya hormon hCG atau GnRH agonist) saat folikel sudah matang (ukuran 18–22 mm). Obat ini diberikan sekitar 34–36 jam sebelum pengambilan sel telur untuk memicu pematangan akhir sel telur dan ovulasi yang terkontrol, sehingga sel telur siap diambil saat prosedur pengambilan.
a. Pemantauan Fisik dan Gejala
Perubahan lendir serviks: Menjelang ovulasi, lendir serviks menjadi jernih, elastis, dan licin seperti putih telur, memudahkan sperma bergerak.
Suhu basal tubuh (BBT): Setelah ovulasi, suhu tubuh basal naik sekitar 0,3–0,5°C akibat peningkatan progesteron.
Nyeri ovulasi (Mittelschmerz): Beberapa wanita merasakan nyeri ringan di perut bagian bawah saat ovulasi.
b. Tes Ovulasi (Ovulation Predictor Kits / OPK)
Mengukur kadar LH (luteinizing hormone) dalam urine.
LH meningkat drastis 24-36 jam sebelum ovulasi (LH surge).
Tes ini membantu menentukan waktu terbaik untuk berhubungan.
c. USG Folikuler
Pemeriksaan ultrasound untuk memantau pertumbuhan folikel di ovarium.
Folikel yang matang akan pecah saat ovulasi.
Digunakan terutama dalam program bayi tabung atau terapi kesuburan.
d. Pemeriksaan Hormonal