Hiperprolaktinemia

Hiperprolaktinemia adalah kondisi di mana kadar hormon prolaktin dalam darah melebihi batas normal. Prolaktin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari dan berperan dalam produksi ASI pada wanita setelah melahirkan. Hiperprolaktinemia dapat menyebabkan berbagai gejala, terutama pada wanita, seperti perubahan pola haid, kemandulan, dan galaktorea (keluarnya ASI di luar masa kehamilan atau menyusui). 

Suatu Ketika kami mendapatkan kunjungan dari pasangan muda yang 3 tahun menikah dan belum mendapatkan momongan. Menstruasi selalu datang terlambat 2-3 bulan dan test kehamilan negatif. Pada pemeriksaan USG transvaginal ditemukan rahim dalam kondisi tidak subur (endometrium tipis) dan tidak ada satupun sel telur yang berkembang. Kecurigaan kami akan adanya masalah hormonal terbukti setelah hasil pemeriksaan hormon menunjukkan adanya peningkatan hormon prolaktin.

menilai_kesuburan_anandaivf

Sebenarnya, apakah hiperprolaktinemia itu, dan kaitannya dengan infertilitas? Bagaimana cara mengenali dan mengatasinya? Mari kita simak pembahasan berikut.

1. Definisi


Hormon prolaktin adalah hormon menyusui yang mempunyai pusat hormon di otak. Bila ditemukan dalam kadar yang tinggi dalam darah (>25ng/ml atau >400 IU/L) dikatakan sebagai hiperprolaktinemia. Kondisi hiperprolaktinemia ini sering terjadi pada wanita, dan beberapa kasus terjadi pada laki-laki. Pada wanita hiperprolaktinemia dapat menyebabkan terjadinya :
  • Tidak adanya periode menstruasi atau menstruasi menjadi tidak teratur.
  • Kekeringan pada vagina, dan pengurangan hasrat seksual
  • Pembesaran payudara diluar masa kehamilan atau menyusui.
  • Pertumbuhan rambut yang berlebihan di tempat yang tidak seharusnya.
  • Kesulitan untuk hamil.
Sedangkan pada laki-laki hiperprolaktinemia dapat menyebabkan :
  • Penurunan libido
  • Disfungsi ereksi hingga impotensi.
  • Penurunan masa otot.
  • Pembesaran payudara pada pria (ginekomastia).
  • Kesulitan untuk membuahi.

2.Hiperprolaktinemia dan Infertilitas.


Hiperprolaktinemia pasti menyebabkan infertilitas. Pada saat kadar prolaktin sangat tinggi, terjadi penurunan sekresi hormon otak FSH dan LH. Penurunan ini mengakibatkan terganggunya proses ovulasi pada wanita atau penghambatan produksi sperma pada pria, sehingga proses pembuahan dan peluang untuk kehamilan lebih sulit terjadi.

3.Penangan Hiperprolaktinimea


Hiperprolaktinemia dapat ditangani dengan obat-obatan atau pembedahan untuk menekan produksi prolaktin dan menormalkan kembali kadar hormon yang tinggi dalam darah. Tujuan terapi hiperprolaktinemia adalah untuk membuat sel spermatozoa pria lebih matang dan berkualitas dan memungkinkan wanita mendapatkan ovulasinya kembali. Hiperprolaktinemia karena kehamilan, pasca persalinan, kelelahan dan stress umumnya bisa membaik tanpa terapi. Pada awalnya dokter akan memberikan obat dalam dosis yang rendah untuk pengobatan hiperprolaktinemia anda. Biasanya, kadar prolaktin akan turun dalam 2-3 minggu setelah pengobatan dimulai. Bila diperlukan, dosis obat dapat ditingkatkan secara bertahap atau dikombinasikan dengan obat lain. Lamanya terapi hiperprolaktinemia disesuaikan dengan kebutuhan dan kasus Anda. Biasanya berkisar antara 3-6 bulan dengan pemeriksaan kadar prolaktin berkala. Terapi bedah diindikasikan bila ditemukan intoleransi obat, resistensi obat, maupun gangguan lapangan pandang yang menetap.

4.Pronogsis


Pemberian medikamentosa secara tepat dosis mampu menurunkan produksi prolaktin secara bertahap. Penurunan kadar prolaktin ini, dapat memulihkan ovulasi ataupun kualitas sperma. Angka kekambuhan hiperprolaktinemia bisa mencapai 80%, namun sangat jarang yang memerlukan terapi jangka panjang. Sepertiga penderita bahkan mampu mengalami resolusi spontan tanpa terapi. Bila infertilitas disertai gangguan pola menstruasi terjadi pada anda, ataupun impotensi dan gairah seksual pasangan Anda kadang pasang surut, mungkin hiperprolaktinemialah penyebabnya. Jadi tunggu apa lagi? Segera temui kami. Jangan biarkan hiperprolaktinemia menghalangi anda dan pasangan mendapatkan keturunan.
Scroll to Top